Melekatnya Iman dan Amal Sholeh

Author: Kopi Manis / Label:


         Iman dan amal sholeh adalah dua kata yang saling berkaitan satu sama lain, dan sudah tidak asing dalam kehidupan manusia, bahkan kedua kata tersebut sampai terkikiskan oleh zaman yang modern seperti sekarang ini. Setiap agama mengenal dua kata tersebut, terutama kata “IMAN”, bahkkan setiap agama mempunyai makna tersendiri untuk kata tersebut.         
Dalam agama Kristen kata "iman" dan  kata kerjanya "percaya" sering muncul dalam Al­kitab, dan memang merupakan istilah penting yang meng­gam­bar­kan hubungan antara umat  atau  seseorang  dengan Allah. Secara singkat  makna istilah itu dalam Alkitab, khususnya dalam Perjanjian Baru. Kata "iman" yang dipakai dalam Perjanjian Baru me­ru­pakan terjemahan dari kata Yunani πίστις (pistis), sedangkan kata kerja­nya "percaya" adalah terjemahan dari kata πιστεύω (pisteuoo).  Kata-kata ini sudah dipakai dalam Septuaginta, Alkitab Ibrani (Perjanjian Lama) dalam bahasa Yunani, sebagai terjemahan kata Ibrani ¤m' (aman), yang berarti keadaan yang benar dan dapat dipercayai/diandalkan.
Kata ini dan kata-kata sekelompoknya dalam Alkitab Ibrani sering digunakan untuk me­nyatakan rasa percaya kepada Allah dan percaya kepada firman-Nya. Per­caya kepada Allah mencakup arti percaya bahwa Ia benar dan dapat diandalkan, mempercayakan diri kepada-Nya, dan taat serta setia kepa­da-nya. Percaya pada firman-Nya berarti percaya dan menerima  apa yang sudah difirmankan-nya itu. Dapat disimpulkan bahwa istilah iman dan percaya dalam Alkitab sering mengandung beberapa komponen makna yaitu: percaya dan menerima bahwa sesuatu itu benar, mengandalkan/mempercayakan diri setia, dan taat. Dalam konteks tertentu kata Yunani pistis hanya satu atau dua komponen makna yang difokuskan, dan komponen lainnya tidak ditekankan, atau malahan tidak berlaku dalam perjanjian baru. Dalam Perjanjian Baru, "iman" terutama ditujukan kepada Yesus, yaitu percaya kepada-Nya dan perkataan-nya, bahwa Dia adalah Tuhan dan Juruselamat, dan mempercayakan diri kepada-nya, serta juga percaya dan menerima kebenaran Injil. "Iman" dalam PB menurut konteksnya terkadang mempu­nyai arti yang berbeda, yaitu: kemampuan atau sifat baik orang Kristen, atau agama Kristen, atau juga ajaran atau doktrin Kristen.
Sedangkan dalam agama Buddha pengertian 'iman' yaitu percaya dan yakin dapat timbul dalam diri seseorang setelah ia melaksanakan serta membuktikan kebenaran Ajaran Sang Buddha. Umat Buddha menggunakan istilah untuk kondisi tersebut sebagai 'saddha' atau keyakinan. Timbulnya keyakinan dalam diri seseorang ini dapat terjadi misalnya ketika ia mendengar Ajaran Sang Buddha tentang manfaat meditasi yang dapat menimbulkan ketenangan batin. Kemudian ia terdorong untuk mencoba dan membuktikan kebenaran Ajaran ini. Ia kemudian melaksanakan latihan meditasi secara rutin. Ia dapat merasakan ketenangan batin sebagai hasilnya. Ia bahkan mampu mencapai kesucian dengan melenyapkan ketamakan, kebencian dan kegelapan batin yang ada pada dirinya.
Orang tersebut akan timbul keyakinan atau saddha atau 'iman' karena ia telah dapat membuktikan kebenaran Ajaran Sang Buddha.
Dalam agama kita, agama yang haq yakni agama Islam “Iman” secara etimologis berasal dari kata aamana - yu’minu berarti tasdiq yaitu membenarkan mempercayai. Dan menurut istilah Iman ialah “Membenarkan dgn hati diucapkan dgn lisan dan dibuktikan dgn amal perbuatan.”
Imam Ahmad bin Hanbal mendefinisikannya dengan"  "قول و عمل و نية و تمسك بالسنة Yakni Ucapan diiringi dgn ketulusan niat dan dilandasi dgn berpegang teguh kepada Sunnah .
Sahl bin Abdullah At-Tustari ketika ditanya tentang apakah sebenarnya iman itu beliau    “menjawab demikian قول و عمل و نية و سنة" Artinya Ucapan yg disertai dgn perbuatan diiringi dgn ketulusan niat dan dilandasi dgn Sunnah. Kata beliau selanjutnya “Sebab iman itu apabila hanya ucapan tanpa disertai perbuatan adalah kufur apabila hanya ucapan dan perbuatan tanpa diiringi ketulusan niat adalah nifaq sedang apabila hanya ucapan perbuatan dan ketulusan niat tanpa dilandasi dgn sunnah adalah bid’ah.
Dengan demikian iman itu bukan sekedar pengertian dan keyakinan dalam hati; bukan sekedar ikrar dengan lisan dan bukan sekedar amal perbuatan tetapi hati dan jiwa kosong. Imam Hasan Basri mengatakan “Iman itu bukanlah sekedar angan-angan dan bukan pula sekedar basa-basi dengan ucapan akan tetapi sesuatu keyakinan yg terpatri dalam hati dan dibuktikan dgn amal perbuatan.
Tak diragukan lagi bahwa siapapun ingin hidup bahagia. Masing-masing dalam hidup ini mendambakan ketenangan kedamaian kerukunan dan kesejahteraan. Namun di manakah sebenarnya dapat manusia memperoleh hal itu semua?
Sesunguhnya menurut ajaran Islam hanya iman yg disertai dengan amal yang dapat menghantarkan kita baik sebagai individu maupun masyarakat ke arah itu.
Dengan iman umat Islam generasi pendahulu mencapai kejayaan berhasil merubah keadaan duni dari kegelapan menjadi terang benderang. Dengan iman masyarakat mereka menjadi masyarakat adil dan makmur. Para umara’ melaksanakan perintah Allah para ulama beramar ma’ruf dan nahi mungkar dan rakyat saling tolong-menolong atas kebajikan dan kebaikan. Kalimatul Haq mereka junjung tinggi tiada yg mengikat antar mereka selain tali persaudaraan iman.
Namun setelah redup cahaya iman di hati manusia lenyaplah nilai-nilai kebaikan diantara manusia. Masyarakat pun menjadi masyarakat yg penuh dgn kebohongan, kesombongan, kekerasan individualisme, keserakahan, kerusakan moral dan kemungkaran.
Maka apabila manusia ingin mencapai apa yg telah dicapai para salaf apabila kita ingin mewujudkan apa yg telah dijanjikan oleh Allah SWT kepada para hambaNya yg beriman maka hendaklah kita memperbaharui iman dan melaksanakan apa yg menjadi konsekwensinya.
            Iman dalam dienul islam adalah hal terpenting, karena iman adalah dasar atau asas dari semus amal ibadah manusia. Tanpa iman maka amal sholeh tidak akan membekas dan tidak bermanfaat, begitu pula tampa amal sholeh manusia tidak dapat dikatakan beriman, dari sinilah diketahui bahwa iman manusia berkurang dan bertambah. Iman dan amal sholeh selalu berkaitan seperti apa yang telah Allah turunkan dalam kitabNya AlQuran, ketika Allah bersabda kepada orang yang beriman selalu diiringi dengan orang yang beramal sholeh. Dan telah disebutkan dalam AlQuan lebih dari 840 kali, sebagai tanda keterkaitannya iman dan amal sholeh dan juga tanda begitu pentingnya iman dan ammal sholeh. Diantaranya Allah berfirman:
وَمَنْ يَعْمَلْ من الصّالحَات منْ ذَكَر أَوأُنثى وهو مؤمن فألئك يدخلون الجنة ولا يظلمون نقيرا
( النساء 124 )
Artinya: “Barangsiapa yg mengerjakan amal-amal shaleh baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yg beriman maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.” (Q.S. An Nisa : 124 )
Allah befirman :
ومن أراد الأخرة وسعى لها سعيها وهو مؤمن فألئك كان سعيهم مشكورا(الإسراء 19 )
Artinya : “Dan barangsiapa yg menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dgn sungguh-sungguh sedang ia adl mu’min maka mereka itu adl orang-orang yg usahanya dibalasi dgn baik.” (Q.S. Al Isra : 19 )
            Jika manusia telah beriman dan beramal sholeh maka akan merasakan lezatnya iman. Rosulullah SAW berkata:
‏‏
عن أنس ابن مالك رضي الله عنه قال عن النبي ‏ ‏صلى الله عليه وسلم ‏ ‏قال ‏ ‏ثلاث من كن فيه وجد حلاوة الإيمان أن يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما وأن يحب المرء لا يحبه إلا لله وأن يكره أن يعود في الكفر كما يكره  أن ‏ ‏يقذف ‏ ‏في النار.
Artinya : Dari Anas bin malik R.A. dari Rosulullah SAW berkata : “ tiga perkara dari kalian yang akan merasakan manisnya iman, jika cinta kepada Allah dan RosulNya tanpa ada yang menandingi, tidak mencintai kebaikan kecuali mencintai karena Allah, membenci jika kembali kepada kekafiran seperti bencinya jika dilemparkan ke dalam api neraka.
Iman bagaikan mutiara yang berada di dalam hati manusia, yang meyakini adanya Allah yang maha Kuasa dan Esa. Tanpa iman bagaimanakah manuisa merasa bahwa ia adalah hamba Allah? Tanpa iman bagaimanakah manusia menjadi hamba yang bertaqwa? Sesungguhnya iman bukanlah suatu harta yang dapat diwariskan, dan bukanlah barang yang dapat diperjualbelikan. Iman akan di miliki jika kembali kepada Allah SWT.

0 komentar:

Posting Komentar

Cindera Jiwa