Iman dan amal sholeh adalah dua kata yang saling berkaitan satu sama
lain, dan sudah tidak asing dalam kehidupan manusia, bahkan kedua kata tersebut
sampai terkikiskan oleh zaman yang modern seperti sekarang ini. Setiap agama
mengenal dua kata tersebut, terutama kata “IMAN”, bahkkan setiap agama
mempunyai makna tersendiri untuk kata tersebut.
Dalam agama Kristen kata "iman"
dan kata kerjanya "percaya" sering muncul dalam Alkitab, dan
memang merupakan istilah penting yang menggambarkan hubungan antara
umat atau seseorang dengan Allah. Secara singkat makna
istilah itu dalam Alkitab, khususnya dalam Perjanjian Baru. Kata
"iman" yang dipakai dalam Perjanjian Baru merupakan terjemahan dari
kata Yunani πίστις (pistis), sedangkan
kata kerjanya "percaya" adalah terjemahan dari kata πιστεύω (pisteuoo).
Kata-kata ini sudah dipakai dalam Septuaginta, Alkitab Ibrani (Perjanjian Lama)
dalam bahasa Yunani, sebagai terjemahan kata Ibrani ¤m' (aman), yang
berarti keadaan yang benar dan dapat dipercayai/diandalkan.
Kata ini dan kata-kata sekelompoknya dalam Alkitab Ibrani sering digunakan untuk menyatakan rasa percaya kepada Allah dan percaya kepada firman-Nya. Percaya kepada Allah mencakup arti percaya bahwa Ia benar dan dapat diandalkan, mempercayakan diri kepada-Nya, dan taat serta setia kepada-nya. Percaya pada firman-Nya berarti percaya dan menerima apa yang sudah difirmankan-nya itu. Dapat disimpulkan bahwa istilah iman dan percaya dalam Alkitab sering mengandung beberapa komponen makna yaitu: percaya dan menerima bahwa sesuatu itu benar, mengandalkan/mempercayakan diri setia, dan taat. Dalam konteks tertentu kata Yunani pistis hanya satu atau dua komponen makna yang difokuskan, dan komponen lainnya tidak ditekankan, atau malahan tidak berlaku dalam perjanjian baru. Dalam Perjanjian Baru, "iman" terutama ditujukan kepada Yesus, yaitu percaya kepada-Nya dan perkataan-nya, bahwa Dia adalah Tuhan dan Juruselamat, dan mempercayakan diri kepada-nya, serta juga percaya dan menerima kebenaran Injil. "Iman" dalam PB menurut konteksnya terkadang mempunyai arti yang berbeda, yaitu: kemampuan atau sifat baik orang Kristen, atau agama Kristen, atau juga ajaran atau doktrin Kristen.
Kata ini dan kata-kata sekelompoknya dalam Alkitab Ibrani sering digunakan untuk menyatakan rasa percaya kepada Allah dan percaya kepada firman-Nya. Percaya kepada Allah mencakup arti percaya bahwa Ia benar dan dapat diandalkan, mempercayakan diri kepada-Nya, dan taat serta setia kepada-nya. Percaya pada firman-Nya berarti percaya dan menerima apa yang sudah difirmankan-nya itu. Dapat disimpulkan bahwa istilah iman dan percaya dalam Alkitab sering mengandung beberapa komponen makna yaitu: percaya dan menerima bahwa sesuatu itu benar, mengandalkan/mempercayakan diri setia, dan taat. Dalam konteks tertentu kata Yunani pistis hanya satu atau dua komponen makna yang difokuskan, dan komponen lainnya tidak ditekankan, atau malahan tidak berlaku dalam perjanjian baru. Dalam Perjanjian Baru, "iman" terutama ditujukan kepada Yesus, yaitu percaya kepada-Nya dan perkataan-nya, bahwa Dia adalah Tuhan dan Juruselamat, dan mempercayakan diri kepada-nya, serta juga percaya dan menerima kebenaran Injil. "Iman" dalam PB menurut konteksnya terkadang mempunyai arti yang berbeda, yaitu: kemampuan atau sifat baik orang Kristen, atau agama Kristen, atau juga ajaran atau doktrin Kristen.
Sedangkan dalam agama Buddha pengertian 'iman'
yaitu percaya dan yakin dapat timbul dalam diri seseorang setelah ia
melaksanakan serta membuktikan kebenaran Ajaran Sang Buddha. Umat Buddha
menggunakan istilah untuk kondisi tersebut sebagai 'saddha' atau keyakinan. Timbulnya
keyakinan dalam diri seseorang ini dapat terjadi misalnya ketika ia mendengar
Ajaran Sang Buddha tentang manfaat meditasi yang dapat menimbulkan ketenangan
batin. Kemudian ia terdorong untuk mencoba dan membuktikan kebenaran Ajaran
ini. Ia kemudian melaksanakan latihan meditasi secara rutin. Ia dapat merasakan
ketenangan batin sebagai hasilnya. Ia bahkan mampu mencapai kesucian dengan
melenyapkan ketamakan, kebencian dan kegelapan batin yang ada pada dirinya.
Orang tersebut akan timbul keyakinan atau saddha atau 'iman' karena ia telah dapat membuktikan kebenaran Ajaran Sang Buddha.
Orang tersebut akan timbul keyakinan atau saddha atau 'iman' karena ia telah dapat membuktikan kebenaran Ajaran Sang Buddha.
Dalam agama kita, agama yang haq yakni agama
Islam “Iman” secara etimologis berasal dari kata aamana - yu’minu berarti
tasdiq yaitu membenarkan mempercayai. Dan menurut istilah Iman ialah
“Membenarkan dgn hati diucapkan dgn lisan dan dibuktikan dgn amal perbuatan.”
Imam Ahmad bin Hanbal
mendefinisikannya dengan" "قول
و عمل و نية و تمسك بالسنة Yakni Ucapan diiringi dgn ketulusan niat
dan dilandasi dgn berpegang teguh kepada Sunnah .
Sahl bin
Abdullah At-Tustari ketika ditanya tentang apakah sebenarnya iman itu
beliau “menjawab demikian قول و عمل و نية و سنة" Artinya Ucapan yg
disertai dgn perbuatan diiringi dgn ketulusan niat dan dilandasi dgn Sunnah.
Kata beliau selanjutnya “Sebab iman itu apabila hanya ucapan tanpa disertai
perbuatan adalah kufur apabila hanya ucapan dan perbuatan
tanpa diiringi ketulusan niat adalah nifaq sedang apabila hanya ucapan
perbuatan dan ketulusan niat tanpa dilandasi dgn sunnah adalah bid’ah.
Dengan demikian iman itu bukan sekedar
pengertian dan keyakinan dalam hati; bukan sekedar ikrar dengan lisan dan bukan
sekedar amal perbuatan tetapi hati dan jiwa kosong. Imam Hasan
Basri mengatakan “Iman itu bukanlah sekedar angan-angan dan bukan pula sekedar
basa-basi dengan ucapan akan tetapi sesuatu keyakinan yg terpatri dalam hati
dan dibuktikan dgn amal perbuatan.
Tak diragukan lagi bahwa siapapun ingin hidup
bahagia. Masing-masing dalam hidup ini mendambakan ketenangan kedamaian
kerukunan dan kesejahteraan. Namun di manakah sebenarnya dapat manusia
memperoleh hal itu semua?
Sesunguhnya menurut ajaran Islam hanya iman yg
disertai dengan amal yang dapat menghantarkan kita baik sebagai individu maupun masyarakat ke arah itu.
Dengan iman umat Islam generasi pendahulu
mencapai kejayaan berhasil merubah keadaan duni dari kegelapan menjadi terang
benderang. Dengan iman masyarakat mereka menjadi masyarakat adil dan makmur. Para umara’ melaksanakan perintah Allah para ulama
beramar ma’ruf dan nahi mungkar dan rakyat saling tolong-menolong atas
kebajikan dan kebaikan. Kalimatul Haq mereka junjung tinggi tiada yg mengikat
antar mereka selain tali persaudaraan iman.
Namun setelah redup cahaya iman di hati manusia lenyaplah nilai-nilai
kebaikan diantara manusia. Masyarakat pun menjadi masyarakat yg penuh dgn
kebohongan, kesombongan, kekerasan individualisme, keserakahan, kerusakan moral
dan kemungkaran.
Maka apabila manusia ingin mencapai apa yg telah dicapai para salaf
apabila kita ingin mewujudkan apa yg telah dijanjikan oleh Allah SWT kepada
para hambaNya yg beriman maka hendaklah kita memperbaharui iman dan
melaksanakan apa yg menjadi konsekwensinya.
Iman dalam dienul islam
adalah hal terpenting, karena iman adalah dasar atau asas dari semus amal
ibadah manusia. Tanpa iman maka amal sholeh tidak akan membekas dan tidak
bermanfaat, begitu pula tampa
amal sholeh manusia tidak dapat dikatakan beriman, dari sinilah diketahui bahwa
iman manusia berkurang dan bertambah. Iman dan amal sholeh selalu berkaitan
seperti apa yang telah Allah turunkan dalam kitabNya AlQuran, ketika Allah
bersabda kepada orang yang beriman selalu diiringi dengan orang yang beramal sholeh.
Dan telah disebutkan dalam AlQuan lebih dari 840 kali, sebagai tanda
keterkaitannya iman dan amal sholeh dan juga tanda begitu pentingnya iman dan
ammal sholeh. Diantaranya Allah berfirman:
وَمَنْ
يَعْمَلْ من الصّالحَات منْ ذَكَر أَوأُنثى وهو مؤمن فألئك يدخلون الجنة ولا
يظلمون نقيرا
(
النساء 124 )
Artinya: “Barangsiapa
yg mengerjakan amal-amal shaleh baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yg
beriman maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau
sedikitpun.” (Q.S. An Nisa : 124 )
Allah
befirman :
ومن
أراد الأخرة وسعى لها سعيها وهو مؤمن فألئك كان سعيهم مشكورا(الإسراء 19 )
Artinya : “Dan barangsiapa yg menghendaki kehidupan akhirat dan
berusaha ke arah itu dgn sungguh-sungguh sedang ia adl mu’min maka mereka itu
adl orang-orang yg usahanya dibalasi dgn baik.” (Q.S. Al Isra : 19 )
Jika manusia telah
beriman dan beramal sholeh maka akan merasakan lezatnya iman. Rosulullah SAW
berkata:
عن أنس ابن مالك رضي الله عنه قال عن النبي صلى الله عليه وسلم قال ثلاث من كن فيه وجد حلاوة الإيمان أن يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما وأن يحب المرء لا يحبه إلا لله وأن يكره أن يعود في الكفر كما يكره أن يقذف في النار.
عن أنس ابن مالك رضي الله عنه قال عن النبي صلى الله عليه وسلم قال ثلاث من كن فيه وجد حلاوة الإيمان أن يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما وأن يحب المرء لا يحبه إلا لله وأن يكره أن يعود في الكفر كما يكره أن يقذف في النار.
Artinya :
Dari Anas bin malik R.A. dari Rosulullah SAW berkata : “ tiga perkara dari
kalian yang akan merasakan manisnya iman, jika cinta kepada Allah dan RosulNya
tanpa ada yang menandingi, tidak mencintai kebaikan kecuali mencintai karena
Allah, membenci jika kembali kepada kekafiran seperti bencinya jika dilemparkan
ke dalam api neraka.
Iman bagaikan mutiara yang berada di dalam hati
manusia, yang meyakini adanya Allah yang maha Kuasa dan Esa. Tanpa iman
bagaimanakah manuisa merasa bahwa ia adalah hamba Allah? Tanpa iman bagaimanakah
manusia menjadi hamba yang bertaqwa? Sesungguhnya iman bukanlah suatu harta
yang dapat diwariskan, dan bukanlah barang yang dapat diperjualbelikan. Iman akan
di miliki jika kembali kepada Allah SWT.
0 komentar:
Posting Komentar