IKHLAS

Author: Kopi Manis / Label:


    Ketika semua sibuk lalu lalang membalah setiap kertas dan lembaran merangkum ta'bir-ta'bir yang katanya senjata ampuh penakhluk kehidupan dunyawi ataupun ukhrowi,..! Di  setiapsinggasana kemulya'an, dnegan cinta kasih nya yang ankuh dan kejam tanpa ampun mnjajah stiap sudut hati sang pendamba, betapa dan betapa bahagianya.. euforia cinta nya hingga,. hingga tuli cerca'an dan gunjingan owh sungguh selamat baginya,.. Al-ikhlas menjadi saksi ketakwa’an nya.
      Pada dasar nya setiap orang mempunyai karakteristik yang berbeda – beda dan perbeda’an adalah satu fitrah manusia.
      Aban Dzaki Santri ini memang berbeda dengan santri lainya kerja’an nya cuman tdur dan tidur, kalo nggak tidur nongkrong di warung kopi tak ketinggalan rokok di sela jari nya.
      Caky begitu sapa’an akrab nya, caky jarang ikut ngaji juga sering bolos ketika ada kegiatan di pesantren Al-Ikhlas tempat dia nyantri, kecuali kegiatan rutinan pembaca’an maulid dziba’i yang biasa nya di baca setiap malam jum’at ba’da jama’ah maghrib, justru di kegiatan yang tidak di wajibkan ini Caky malah aktif, di pojok mushola tua itu Caky sambil manggut - manggut mengikuti irama rebana, Caky tampak khusu’ tidak seperti santri lain yang sambil bercanda ketawa ketiwi semau - mau nya.

       Al-Ikhlas adalah pesantren asuhan kyai Jamal, kyai sepuh yang masih istiqomah mengajar sedari  muda, ketika itu pesantren masih di asuh Kyai Ihsan abah kyai jamal yang terkenal kewalian nya itu. Dengan menggunakan metode kuno dalam belajar mengajar,  membuat pesantren ini di segani pesantren –pesantren yang lain di sekitar nya, di pesantren kecil yang di huni sekitar 1oo an santri ini, Caky dan teman-teman nya menjalani hari-hari.
       Ada hal yang janggal, dan itu yang membuat temen-temen heran, kenapa caky yang pemalas suka bolos, jama’ah juga semau nya, malah justru termasuk santri yang di kasihi sama kyai Jamal, itu terbukti ketika sang kyai kemana-mana Caky yang di ajak, entah itu ketika menghadiri undangan ceramah ataupun selametan kecil kecilan di tetangga deket pesantren, bahkan Caky juga tidak jarang mbadali {mewakili} kyai kalo kyai sedang ada udzur tidak bisa menghadiri undangan tahlilan,syukuran atau semacam nya.
       Kadang sebagian teman-teman santri yang kurang suka dengan Caky pada iri, Tapi tidak juga para teman dekat Caky, terutama teman – teman  yang satu kamar dengan Caky, merekalah yang memberi lakopan Caky {calon kyai} dengan alesan dialah satu-satu nya santri yang sering di ajak kemana mana sang kyai, Tapi itu tidak lantas membuat Caky besar kepala ketika di puji sebab di kata di sayang atau dekat dengan kyai, malah justru dalam canda nya kadang dia tidak suka teman-teman nya memanggil begitu dengan alesan seperti itu, tapi juga tidak marah jika ada sebagian temen nya yang suka ngiri kepada Caky, mungkin mereka iri kenapa tidak mereka yang di ajak kemana – mana sang Kyai padahal mereka lebih jauh berprestasi, lebih rajin di banding Caky, Mungkin karena memang Caky anak yang cuek terhadap anggapan apapun terhadap diri nya.
      Seperti hal nya setiap pesantren – pesantren tentu ada peraturan atau tata tertib tertentu yang harus di patuhi setiap santri.
      Karena sering nya bolos caky pun sering mendapat hukuman dari pengurus bidang keamanan pesantren, Ustadz Jufri namanya, Ustadz yang di segani para santri karena terkenal tegas dan tak pandang bulu itu.
      Pada puncak nya dalam sidang efaluasi setiap 3 bulan sekali, mengenai kepengurusan, juga yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar para santri selama 3 bulan yang berlalu. hal keaktifan santri dalam mengikuti kegiatan-kegiata pesantren missal jama’ah, ngaji, dan sebagai nya. Dalam hasil sidang itu sesuai dengan tata tertib pesantren diantara nya membahas santri santri yang sering bolos atau sengaja tidak mematuhi aturan yang sudah berlaku sejak pertama pesantren didirikan oleh Kyai Ikhsan. Santri yang tiadak mengikuti tata tertib pesantren harus di hukum.
      Ada beberapa nama yang di panggil Ustadz Jufri selaku keamanan  pesantren, tak ketinggalan si Caky, hukuman yang paling berat pun yang harus di terima, karena memang caky yang paling banyak melanggar aturan di setiap kegiatan yang di adakan pesantren.
     Ustad ; caky,..!!
     Caky  ; iya tad,.
     Ustad ; kamu yang paling banyak melanggar peraturan pesantren, sering gak ikut jama’ah, apa lagi subuh paling susah di bangunin, suka bolos ngaji, keluar dari lingkungan pesantren tanpa izin, dan masih banyak pelanggaran yang lain, jadi kamu di hukum paling berat di banding teman-teman kamu.
     Caky  ; iya pak saya tahu insya’Allah saya ikhlas di hukum apa pun asal jangan di keluarkan dari pesantren ini. 
      Ustad ; Hmmm baguuus berani juga kamu,.!! Ikhlas gak ikhlas toh itu wajib kamu terima,..
      Caky  ; jadi apa hukuman buwat aku tad??
      Ustad ;  ok,.!! Kamu bersih – bersih semua halaman pondok setiap pagi dan sore juga halaman rumah pak kyai, di tambah adzan waktu sholat subuh dan kamu harus jama’ah di sof yang paling depan tepat di belakang imam, selama satu bulan penuh.!! Kata ustadz Jufri tegas,.
      Caky ; wah taaad,. Masak sebulan si tad? Kata caky sambil memelas.
      Ustad ; loh,. Katanya apapun hukuman nya kamu ikhlas??? Hmm apa mau di tambah lagi??
      Caky  ; tapi gak harus satu bulan kan tad??
      Ustad ; emmh gak biasa.. satu bulan titik..!! terserah mau di kerjakan atau tidak. Tapi kalau masih pengen tetep di pesantren ini ya di kerjakan. sahut ustad jufri sambil meninggal kan ruangan kantor, bertanda tidak mau debat lagi sama si caky.
      Sejak sa’at itu setiap pagi dan sore caky membersihkan halaman seluruh pondok juga halaman rumah Kyai Jamal. Untuk adzan subuh pun dia kerjakan, jama’ah selalu di sof terdepan di belakang sang imam. Sampai sebulan lama nya Caky menjalani semua itu.
      Memang dasar santri konyol sudah di hukum satu bulan tidak menambah dia rajin malah tambah parah Caky lebih memilih bersih – bersih dari pada ikut ngaji atau mengikuti kegiatan yang lain, dan tanpa di suruh keamanan setiap pagi dan sore Caky dengan senang hati membersihkan halaman pondok dan rumah kyai.
      Waktu terus berlalu hari berganti bulan, si caky tetep seperti biasa masih setia dengan tidur dan kopi nya, juga hukuman yang malah di anggap suatu kegiatan rutinan, Caky tetep seorang anak yang ceria, konyol, dia tidak perduli alias cuek bebek ketika temen – temen mengejek si tukang sapu atau apa lah.
       Kini sampailah di penghujung tahun di mana setiap pesantren mengadakan acara sukuran karena kitab – kitab yang di kaji selama setahun sudah khatam atau tanda di tutup nya kegiatan belajar mengajar selama setahun penuh yang nantinya aktif kembali setelah lebaran, Begitu juga pesantren Al-Ikhlas pesantren tercinta caky si santri nyleneh bin aneh.
      Dalam acara akhir tahun ini setiap santri berkumpul di halaman pesantren beserta tamu undangn juga para wali santri yang memang di undang untuk ikut serta berdo’a bersama, setelah berbagai acara sudah di lalui mulai tampilan rebana, sambutan – sambutan. Mauidzoh khasanah kyai jamal lah yang selalu di tunggu – tunggu para santri juga para tamu undangan pun telah selesai.
       Dalam sambutanya kyai jamal menerangkan tentang beberapa hal, setelah membaca hamdallah dan sholawat salam beliau memulai menerangkan, para santri juga para tamu mendengarkan dengan khidmat.
       Para santri yang saya sayangi juga para tamu undangan yang di rahmati Allah, sapa Kyai jamal kepada para hadirin. Saudara jika kita masih merasakan kekeringan ruhiyah, kegersangan ukhuwah, kekerasan hati, hasad, sering mengalami perselisihan pada sesama, juga perbedaan pendapat yang mengarah ke permusuhan, berarti dalam diri kita masih ada masalah besar. Dan itu tidak boleh dibiarkan. Harus segera di hilangkan. Kyai jamal meneruskan mauidzah nya,..
      Jika kita merujuk kepada Al-Qur’an dan Sunnah, kita akan menemukan pangkal masalahnya, yaitu hati yang rusak karena kecenderungan pada nafsu atau syahwat. Dalam Al-Qur’an di katakana ;

  ,أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا
فَاِنّها لاتعمى الابصار ولكن تعمى القلوب التي فى الصدور "الحج 46"

     ‘’Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau dengan itu mereka dapat mendengar, Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.” (Al-Hajj: 46)’’
      Rasulullah S.A.W pernah bersabda ;               
    
أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ
      “Ingatlah bahwa dalam tubuh ada segumpal daging, jika baik maka seluruh tubuhnya baik; dan jika buruk maka seluruhnya buruk. Ingatlah bahwa segumpul daging itu adalah hati.” (Muttafaqun ‘alaihi).
      Para hadirin yang berbahagia.. : ‘’pernah pada suatu hari Imam Al-Ghazali ditanya, “Apa mungkin para ulama saling berselisih?” beliau menjawab,” Mereka akan berselisih jika masuk pada kepentingan dunia.”
      Karena itu,… lanjut Kyai jamal, pengobatan hati harus lebih di utamakan dari pengobatan fisik. karena hati adalah pangkal segala kebaikan dan keburukan seseorang. Dan obat hati yang paling mujarab hanya ada dalam satu kata ini ‘’IKHLAS’’ ikhlas dalam menerima apapun yang di berikan Allah dalam kehidupan se hari – hari.
      Ikhlas itu menghilangkan keriya’an, kesungguhan menghilangkan pengaku-ngkuan, sombong, kebangga’an terhadap setiap amal perbuatan.
       Kyai jamal menerangkan lebih luas tentang ‘’ikhlas’’. Ikhlas itu… buah dan intisari dari iman. Seorang tidak dianggap beragama dengan benar jika tidak ada ikhlas dalam hati. Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-An’am: 162). Surat Al-Bayyinah ayat 5 menyatakan, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.” Rasulullah saw. bersabda, “Ikhlaslah dalam beragama; cukup bagimu amal yang sedikit.”
      firman Allah surat Al-Mulk ayat 2 yang berbunyi, “Liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amala, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya” dengan makna akhlasahu (yang paling ikhlas) dan ashwabahu (yang paling benar). Katanya, “Sesungguhnya jika amal dilakukan dengan ikhlas tetapi tidak benar, maka tidak diterima. Dan jika amal itu benar tetapi tidak ikhlas, juga tidak diterima. Sehingga, amal itu harus ikhlas dan benar.
      Imam Syafi’i pernah memberi nasihat kepada seorang temannya, “Wahai Abu Musa, jika engkau berijtihad dengan sebenar-benar kesungguhan untuk membuat seluruh manusia ridha (suka), maka itu tidak akan terjadi. Jika demikian, maka ikhlaskan amalmu dan niatmu karena Allah Azza wa Jalla.”
      Bahkan Ibnul Qoyyim memberi perumpamaan seperti ini, “Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang mengisi kantong dengan kerikil pasir. Memberatkannya tapi tidak bermanfaat.” Dalam kesempatan lain beliau berkata, “Jika ilmu bermanfaat tanpa amal, maka tidak mungkin Allah mencela para pendeta ahli Kitab. Jika ilmu bermanfaat tanpa keikhlasan, maka tidak mungkin Allah mencela orang-orang munafik.”
      Seseorang yang ikhlas ibarat orang yang sedang membersihkan beras (nampi beras) dari kerikil-kerikil dan batu-batu kecil di sekitar beras. Maka, beras yang dimasak menjadi nikmat dimakan. Tetapi jika beras itu masih kotor, ketika nasi dikunyah akan tergigit kerikil dan batu kecil. Demikianlah keikhlasan, menyebabkan beramal menjadi nikmat, tidak membuat lelah, dan segala pengorbanan tidak terasa berat. Sebaliknya, amal yang dilakukan dengan riya akan menyebabkan amal tidak nikmat. Pelakunya akan mudah menyerah dan selalu kecewa.
      Karena itu, bagi kalian para santri, makna ikhlas adalah ketika kamu mengarahkan seluruh perkataan, perbuatan, dan jihadmu hanya untuk Allah, mengharap ridha-Nya, dan kebaikan pahala-Nya tanpa melihat pada kekayaan dunia, tampilan, kedudukan, sebutan, kemajuan atau kemunduran. Dengan demikian kamu menjadi tentara fikrah dan aqidah, bukan tentara dunia dan kepentingan. yang berkarakter seperti itulah yang punya semboyan ‘Allahu Ghayaatunaa‘, Allah tujuan, dalam segala aktivitas mengisi hidup.
      “Siapa yang menuntut ilmu, dan tidak menuntutnya kecuali untuk mendapatkan perhiasan dunia, maka ia tidak akan mendapatkan wangi-wangi surga di hari akhir.
      Syaikh Ibnu ‘Atho’illah As Sukandari, dalam salah ‘’Al-Hikam”, beliau membagi ikhlas menjadi tiga tingkatan sesuai dengan tingkatan manusia.
Pertama, ikhlas al-’ibaad (ikhlas para hamba) ; ialah amal perbuatan yang bersih dari riya’ dan yang menjadi bagian dari nafsu. Mereka beramal semata karena Allah, sambil mendambakan pahala dari_nya atau keselamatan dari siksa-Nya.

Kedua , ikhlas al-muhibbin (keikhlasan para pecinta); ialah amal perbuatan semata karena Allah Swt. Sambil ber-ta’dzim dan hormat kepada-Nya. Mereka memandang bahwa Allah berhak disembah dan diagungkan. Mereka beramal tidak karena ingin pahala atau lari dari siksa-Nya.

Ketiga ikhlas al-‘arifin (keikhlasan para wali yang mengenal Allah) ; ialah penyaksian mereka bahwa Al-Haq sendiri (tanpa sekutu) yang menggerakkan dan mendiamkan mereka. Sama sekali mereka tidak memandang bahwa diri mereka memiliki kekuatan untuk mengamalkan amalan yang mereka amalkan. Mereka tidak merasa mengamalkan apa-apa, tetapi Allah yang menggerakkan mereka.
      Bismillah mari kita mukhasabah, kita teliti amal kita masing-masing, sudahkah ikhlas,. sudah sampai di tingkat mana ikhlas kita, sampian –sampian lah yang lebih ber hak menilai diri sendiri, kata Kyai jamal pelan sambil menitik kan air mata nya, yang aku tahu di antara kalian santri – santri ku selama ini hanya satu yang bener- bener ikhlas mengapdikan diri nya untuk pesantren Al – ikhlas ini. Tanpa menyebut nama santri yang di maksut Kyai jamal mengkhiri mauidzah nya dengan do’a kemudian salam,..

      Demikian lah mauidzah singkat Kyai jamal namun dalam  membuat yang mendengar larut dalam angan – angan mereka entah menyesali perbuatan nya selama ini atau apa, yang jelas semua terdiam mukanya tertunduk termenung, tak terkecuali para santri .
      Dalam benak nya para santri bertanya Tanya siapa santri yang di maksut dalam mauidzah Kyai jamal, mungkin mereka bermaksut ingin berguru pada santri tersebut, Tiba – tiba mereka ingat pada salah satu teman mereka yang tak lain adalah Aban dzaki atau si Caky santri yang belum lama ini di keluarkan dari pondok karena di tuduh mencuri uang,.

0 komentar:

Posting Komentar

Cindera Jiwa