Birrul walidain ala Caqizly ( Cah Qudus Azly )

Author: Kopi Manis / Label:



Bab I Keterbukaan bukan ketiadaan dewasa
Sebagai seorang anak yang sedang tumbuh dewasa, terutama masa puberitas, tentu mereka mengenal sesuatu yang disebut dengan privacy. Sekalipun anak itu terbuka, pasti ada satu atau dua bahkan lebih hal yang hanya boleh diketahui orang – orang tertentu bahkan dia sendiri. Namun, tak banyak yang menyadari bahwa keberadaan orangtua sangatlah penting, penting dalam memilih teman pergaulan, penting dalam memilih tempat bersosial, penting dalam memilih yang terbaik dalam segala hal, dan penting – penting lainnya. Malah kebanyakan seorang anak yang tumbuh dewasa atau puber terbuka dengan temannya, tertutup dengan orangtuanya bahkan orangtua tak dianggap keberadaannya, orangtua hanya diberi tanggung jawab dalam hal – hal negative saja, seperti pepatah bahasa jawa “Anak polah Bapak kepradah” . Seperti itulah yang banyak terjadi di sekitar kita. Lalu bagaimana yang harus dilakukan seorang anak, apakah dia harus laporan kepada orangtuanya tentang segala hal? Apakah selalu meminta saran kepada orangtua di saat kesempitan menghimpit? Apakah selalu mengadu kepada orangtua?. Jika jawaban dari semua pertanyaan itu “ YA “ , mungkin banyak yang koment, “ itu anak manja banget, itu anak mami banget, itu anak gak mandiri banget “, bukankah seperti itu?, jika jawaban dari semua pertanyaan itu “ TIDAK “ maka akan datang persepsi lain yang mengatakan “ anak itu gak tahu balas budi, anak itu gak punya rasa kasihan sama orangtuanya, anak itu cuek banget sama orangtuanya”, benar bukan?.
Nah, Allah memberi manusia akal fikiran dan hati yang begitu dekat, orangtua telah mengajarkan kepada anaknya untuk membedakan mana yang baik mana yang buruk, alias memilah dan memilih. Tentu dari pertanyaan di atas, tak semua dengan jawaban ya, dan tak semua dengan jawaban tidak. Ada kalanya seorang anak terbuka kepada orangtuanya, ada kalanya tertutup juga. Akan tetapi akan lebih baik jika semua hal yang telah terjadi pada seorang anak diketahui semuanya oleh orangtuanya, karena jika anak salah jalan orangtua membenarkan dan memberi peta yang benar, jika anak benar orangtua menguatkan dan mendorong jalan yang ditempuh anaknya. Masalahnya sekarang, kebanyakan seorang anak takut dimarahi orangtuanya jika berbuat salah dan diketahui orangtuanya, kebanyakan seorang anak takut tak diberi izin lagi untuk bergaul atau keluar rumah, dan lain sebagainya.
Sobat,,,, ingatlah, jujur gak ajur apalagi babak belur. Jujur satu di antara banyaknya sifat terpuji, jika ingin menjadi mukmin yang berakhlak, cobalah untuk jujur. Ya, memang susah untuk dijalani. Si penulis sendiri juga tak jauh beda dengan kalian, namun apa salahnya untuk mencoba tidak berbohong, terbukalah kawan. Seseorang akan lebih percaya jika perkataan kita jujur, walaupun itu suatu hal yang pahit, bukankah seperti itu sabda Rosulullah Shollallahu Alaihi wa Sallam?. Terbuka dan jujur kepada setiap orang dan diri sendiri, terlebih kepada orangtua. Birrulwalidain suatu perintah Illahi, taqwa seorang mukmin yang membedakan tempat di sisi Allah.
Ayolaaaaaaaaah,,,,
Sebagai contoh, orangtua memberi uang saku, baik itu kita hanya sekolah PP (Pulang Pergi), ataupun sekolah nyantri, dikemanakan uang itu? Untuk membeli apa uang itu? Untuk beli permen, beli buku, di tabung, atau yang lain. Pengalaman si penulis ketika duduk di bangku MA sampai sekarang, uang yang diberikan orangtuanya selalu diketahui orangtuanya bagaimana dia membelanjakan uang itu. Meminta izin kepada orangtuanya dalam membelanjakan uangnya, misalnya menabung, ia memberi tahu orangtuanya kalau sebagian uangnya disisihkan untuk ditabung, dengan seperti itu, jika orangtuanya membutuhkan uang bisa meminta kepada anaknya. Lalu, si penulis juga ketika ingin membeli buku dengan uang tabungannya selalu laporan terlebih dahulu, mungkin orangtuanya lebih membutuhkan uang itu sehingga ia membatalkan untuk beli buku atau yang lainnya. Lihat kawan,,,, seperti itu terlihat kekanak kanakan ataukah kedewasaan?
Dalam pergaulan, terutama teman lelaki yang dekat di hati seorang anak. Ayo ngaku, siapa diantara kalian yang sembunyi – sembunyi punya pacar? Backstreet , main belakang dari selingkuhan sudah biasa diketahui, main belakang dari orangtua sudahkah kalian sadari? Kepercayaan yang diberikan orangtua dalam memilih teman harus dijaga lho. Ini sudah masuk ke sifat Amanat. Jujur dan amanat saling berkaitan, jika kita jujur dalam mengemban amanah, justru orangtua akan lebih memberi kepercayaan kepada anaknya. Kalian lihat, (maaf bukan sombong geh) si penulis bisa sampai ke luar negri karena apa? Apalagi kalau tidak dengan kepercayaan yang diberikan orangtuanya. Jika si penulis sering melakukan masalah sosial, contohnya masalah bergaul dengan lawan jenis yang sangat rawan di zamaan sekarang, pasti dia tidak diizinkan ke luar negri. Perlu diketahui, si penulis bukan meminta izin untuk belajar di luar negri namun orantuanya lah yang mendaftarkan dan mengirimnya ke luar negri. Jika orangtuanya tidak percaya kepada anaknya, pasti mereka akan mengurung anaknya di rumah, pasti mereka akan merasa was was tidak tenang. Benar bukan?
JUJUR DAN AMANAT itu kuncinya. Terbukalah jangan malu ataupun takut, saran dan nasihat orangtua tidak akan menyesatkan anaknya. Ridlo Allah pada Ridlo orangtua bukan pada ridlo teman atau sahabat atau pacar ( bagi yang punya pacar sih ).
Yok kita coba bareng bareng, saling mengingatkan dan menyeru pada kebaikan. Wallahu ‘alam.
Selasa pon, 26 Robiul Tsani 1433 H / 20 maret 2012 M, 00.25 GMT.

0 komentar:

Posting Komentar

Cindera Jiwa